Esai adalah karangan prosa yang
membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan
dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan,
dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan
pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang
mempergunakan semua persyaratan penulisan.
Tipe-tipe
Esai
Ada enam tipe esai, yaitu :
Ada enam tipe esai, yaitu :
- Esai Deskriptif. Esai jenis
ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik
perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat
rekreasi dan sebagainya.
- Esai Tajuk. Esai jenis ini
dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu
fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah
tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk,
surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak
perlu disertai dengan nama penulis.
- Esai Cukilan Watak. Esai ini
memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan
individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca
dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan.
Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian
yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
- Esai Pribadi, hampir sama
dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh
pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya
adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan
pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
- Esai Reflektif. Esai reflektif
ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan
dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan
dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat
manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
- Esai Kritik. Dalam esai kritik
penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan,
tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis
tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau,
tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang
pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut
karya sastra disebut kritik sastra.
Bagian Esai
Sebuah esai dasar bisa dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
- Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang
mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan
dinilai oleh si penulis tersebut.
- Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subyek.
- Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan
menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan
beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.
Ciri-ciri
Esai
- Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa,
menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
- Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua
jam.
- Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan
membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya
penulis lain.
- Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang
penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis
memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
- Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang
tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat
penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di
dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus
mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di
awang-awang.
- Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan
esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri
personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang
kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada
pembaca.
Langkah-langkah
pembuatan esai
Jika dipetakan mengenai
langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut:
- Menentukan tema atau topik
- Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan
kita bahas
- Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang
singkat dan jelas
- Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting
yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih
memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai
penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita
buat sebelumnya.
- Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu
sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar
belakang alasan kita menulis esai tersebut.
- Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini
pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita
sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu.
Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang)
bersikap netral.
- Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita
agar pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis
tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir
mereka secara utuh.
Cara
mengembangkan kerangka karangan esai
- Untuk memudahkan karangan, mulailah dengan sebuah definisi;
- Kembangkan karangan dengan deskripsi situasi;
- Masukan pandangan seorang ahli;
- Buatlah kalimat-kalimat tunggal dan kalimat majemuk setara atau
bertingkat dengan struktur yang sederhana;
- Untuk memudahkan menguraikan paragraf gunakan
paragaraf-paragraf deduktif;
- Esai biasa adalah karangan argumentasi.
Contoh kumpulan
buku esai sastra yang bisa dijadikan referensi adalah, Menjadi Manusia
karya Yakob Sumarjo, Si Parasit Lajang karya Ayu Utami, Obsesi
Perempuan Berkumis karya Budi Darma. Anda juga bisa melihat contoh
esai sastra di media massa seperti Kompas, Pikiran Rakyat, dan lain-lain
yang biasa muncul hari Minggu di lembar budaya. Di lembar Khazanah koran
Pikiran Rakyat sering muncul esai sastra atau kritik sastra.
Esai Sastra
Esai Sastra adalah
karangan prosa yang mengupas secara sepintas namun akurat, padat, dan
berisi mengenai masalah kesusastraan, seni, dan budaya dari sudut pandang
penulisnya secara subjektif.
Contoh
esai sastra yang akan saya jadikan referensi adalah esai yang dimuat di
Harian Umum, Pikiran Rakyat, Minggu 17 Oktober 2010, dengan Judul Kemat
Jaran Guyang ditulis oleh Supali Kasim. Wakil Ketua Lembaga
Bahasa dan Sastra Cirebon.
Dalam esai tersebut
beliau mengatakan bahwa nyaris tidak ada sastra cirebon ditemukan dalam
bentuk penerbitan media massa maupun buku. Kalau pun ada, hanya dalam
satu kolom kecil di suatu koran yang dimuat terbatas dan dicetak sederhana.
Karya sastra cirebon ibaratnya hanya ditulis dan didokumentasikan di rumah
penulisnya, tanpa mengetahui bagaimana harus diterbitkan.
Karya sastra yang dilahirkan
pengarang sulit untuk dipublikasikan di media massa. Penerbit pun terbentur
dengan kecilnya pangsa pasar. Hal ini berbeda dengan karya sastra sunda
dan karya sastra jawa yang banyak dibahas dimana-mana, bahkan banyak media
massa yang berbahasa tersebut, seperti Mangle, Galura, Sipatahuan, Kujang
Giwangkara.
Dukungan secara akademis pun
cukup signifikan. Beberapa perguruan tinggi pun membuka jurusan Bahasa dan
Sastra Sunda yakni Unpad dan UPI, sementara jurusan Bahasa dan Sastra
Jawa antara lain di UGM, UNY, dan UNS. Namun siapa yang peduli pada
perkembangan sastra cirebon, yang jelas berbeda dengan sastra sunda maupun
jawa, ujarnya di dalam esainya.
Menyikapi kalimat yang sedikit
sinis terhadap sastra sunda dan sastra jawa, hal ini berarti Supali ingin
sedikit menggelitik pemerintah agar sedikit peduli terhadap sastra cirebon
yang terpinggirkan. Mungkin lama-lama sastra cirebon akan punah dan
hilang ditelan zaman dan bangsa Indonesia akan kehilangan sebuah budaya.
Supali memberikan sebuah analogi
yang tepat dalam sebuah Drama Tarling Abdul Ajib khas Cirebon yang
berjudul Nasib Baridin, yang cintanya ditolak mentah-mentah
oleh gadis pujaannya karena kemiskinan. Padahal sebagai pribadi, Baridin
tergolong orang yang ulet dan tulus cintanya. Diam-diam, gadis yang
ditaksirnya, Suratminah seperti memberikan harapan. Sampai-sampai ajian Kemat
Jaran Guyang pun dilakukan untuk menaklukan gadis itu.
Lalu, Supali memberikan gambaran
wilayah Cirebon dan perkembangansastra dan budayanya yang kembang-kempis
dalam esai.
Nah, dalam esai sastra,
kita sebagai penulis boleh berpendapat sesubjektif mungkin asal disertai data
dan fakta yang masuk akal sehingga pembaca merasa yakin dengan apa
yang kita ungkapkan.
Dalam sebuah esai pun kita boleh
memberikan solusi terbaik mengenai masalah yang dibahas, sehingga esai tidak
hanya berupa kritik atau keluhan saja tentang fenomena yang terjadi dalam
lingkungan sosialbudaya masyarakat.
No comments:
Post a Comment