PUDARNYA
RASA MALU KAUM HAWA
by. Alim Mursyidin
Semakin berumurnya negeri ini
semakin banyak perkembangan dan perubahan dibanyak sektor, utamanya dibidang
teknologi. Semakin bebasnya komunikasi tak bisa lagi disangkal. Bahkan budaya
modernisme dari luar yang merusak moral sangatlah sulit dihindari. Mengapa hal
ini sulit diatasi? Pendidikan
yang kurang dan tidak tegasnya hukum yang berlaku merupakan faktor utamanya.
Sesuai dengan fungsinya sebagai penyaring informasi hal tersebut seharusnya
lebih dipertegas sehingga memungkinkan kerusakan di negeri ini bisa dihindarkan
atau bahkan diatasi. Seperti puisi yang berjudul “NUANSA BUDAYA INDONESIA” di bawah ini.
“… … …
Bangsa ini kaya akan budaya
penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?
Ini bangsa kita..
ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini
Kini saatnya untuk kita saling bersatu
saling melestarikan budaya
saling menjaga apa yang akan kita lestarikan
dan mempertahankan nuansa budaya Indonesia.”
penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?
Ini bangsa kita..
ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini
Kini saatnya untuk kita saling bersatu
saling melestarikan budaya
saling menjaga apa yang akan kita lestarikan
dan mempertahankan nuansa budaya Indonesia.”
Bagi Destriani Hamidah, budaya Indonesia adalah suatu kekayaan negeri
yang harus dilestarikan. Dia beranggapan bahwa kita semua sudah mulai lupa
tentang keberadaan hal tersebut. Seharusnya kita malu karena meniru budaya
negeri lain, jangan malah malu dengan budaya negeri sendiri. Mungkin tak
sedikit orang beranggapan bahwa budaya negeri lain lebih keren, gaul, dan
menarik. Namu apabila budaya tersebut jauh bertolak belakang dengan budaya
kita, seharusnya kita mengambil tindakan untuk tidak meniru budaya lain.
Sebenarnya tidak ada buruknya mempelajari budaya lain, namun kita harus
sanggup dan mau untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat negatif. Di Indonesia
sendiri masyarakatnya lebih dominan suka terhadap hal-hal yang negatif tersebut
daripada yang lebih baik. Misalnya gaya berpakaian ala orang barat yang
sekarang lagi naik daun di kalangan remaja khususnya kaum perempuan. Memang
bagi kaum laki-laki hal ini memiliki nilai plus bagaiman memandang perempuan, karena
mengenakan busana yang bisa dikatakan kurang bahan sehingga memperlihatkan
hal-hal yang menarik lawan jenis dari tubuhnya.
Sebagai warga Indonesia kita harus
sadar bahwa bangsa ini mengalami penurunan moral yang berkala di setiap
tahunya. Bahkan perangkat pengurus pemerintahan tidak lepas dari tindakan
kenakalan. Bagi anak-anak kenakalan itu wajar, namun bagaimana jika kenakalan
itu dilakukan orang dewasa, terutama pejabat. Memang hanya sebagian kecil yang
melakukanya, namun hal ini justru membuat masyarakat semakin tidak percaya dan
menganggap pemerintahan itu tidak ada kebenaranya.
Namun, tak jarang pula kita sadari
bahwa masyarakat kita ini juga mengalami kemrosotan moral. Misalnya kesopanan
anak terhadap orang tua seolah-olah hilang, cara berpakaian yang tidak etis,
dan banyak lainnya. Hal ini adalah akibat dari modernisasi yang artinya pergeseran
sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk
dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.
Saya akan membahas tentang cara
berpakaian yang tidak etis. Dimana kita tahu bahwa hal ini berhubungan dengan
kehidupan perempuan. Memang tidak semuanya seperti itu, namun lebih banyak
jumlahya yang berpakaian tidak selayaknya. Banyak sekali faktor yang mendorong
hal tersebut. Keadaan lingkungan fisik yang mempengaruhi kita karena teman
pergaulan yang salah. Entah mengapa mereka tidak malu dengan penampilan mereka
ala kebarat-baratan.
Sebagai umat beragama seharusnya kita percaya
akan anugrah perasaan malu yang diberikan Allah
Subhaanahu Wata'ala. Dalam ajaran islam disebutkan bahwa kaum perempuan
diberikan rasa malu yang lebih dari kaum laki-laki. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seharusnya perempuan
itu harusnya pandai dalam mengurusi penampilannya. Jangan malah menampilkan
auratnya di depan khalayak umum.
Bisa saja hal ini terjadi karena persaingan. Karena jumlah perempuan
lebih banyak dari laki-laki maka kesempatan seorang perempuan mendapat seorang
laki-laki menjadi lebih sulit. Memang dalam islam dikatakan bahwa manusia
diciptakan berpasangan, tetapi mengapa mereka malah berkompetisi merebut
pasangan. Hal ini karena pendidikan agama yang kurang. Pada tingkatan pendidika
SD, SMP,dan SMA kita hanya mendapat pendidikan agama selama 2 x 45 menit atau
sekitar 90 menit selama satu minggu. Tentu saja ada salah satu dari mereka karakternya
tidak benar, terutama dalam aspek akidah.
Namun ironisnya, di zaman ini, banyak
wanita yang justru merasa malu mempunyai sifat malu dan berusaha mencampakkan
jauh-jauh sifat mulia yang terpuji itu.
Sehingga, terlalu banyak kita jumpai kaum wanita yang lebih tidak tahu malu
dari pada laki-laki. Mempunyai
sifat malu bukan berarti menjadikan kita rendah diri, minder, atau tidak pede.
Apalagi gara-gara ketidakpedean itu kita jadi kurung dalam melakukan hal kebaikan. Jika hal itu
terjadi pada diri kita, cobalah kita berintrospeksi, apakah sebenarnya malu
yang kita rasakan itu karena Allah
Subhaanahu Wata'ala atau karena manusia?
Misalnya saja
kita malu memakai jilbab yang syar’i,
malu menunjukkan jati diri sebagai seorang pria Muslim atau malu pergi ke
majelis taklim. Apakah malu yang demikian ini karena Allah Subhaanahu Wata'ala atau hanya rasa malu, ketakutan dan
kecemasan kita kepada selain-Nya? Padahal, malu kepada Allahlah yang seharusnya
kita utamakan. Bukankah Allah-lah
yang paling berhak untuk kita malu kepada-Nya?
Namun,
kenapa malah orang yang mobilitasnya tinggi yang malah melakukan tindakan
demoralisasi tersebut. Contohnya para artis misalnya, mereka bahkan tak
tanggung-tanggung untuk berbusana mengikuti zaman sekarang ini yang jauh
dibawah kesopanan. Mungkin hal ini bias jadi tuntutan produser mereka yang
menghendaki harus berpakaian sesuai dengan ketentuan. Anehnya lagi para artis
memakai busana tersebut malah di luar jam kerja mereka atau disaat waktu luang
mereka. Misalnya saat berjalan-jalan, rekreasi, dan kegiatan umum lainya.
Memang tidak semua artis seperti itu, namun dampaknya masyarakat akan meniru
gaya mereka, terlebih lagi mereka kerap terlihat di televisi yang mana dapat
dilihat oleh berjuta pasang mata di Indonesia.
Hal
ini menunjukan bahwa seolah-olah pemerintah tidak memperhatikan mengenai
masalah yang sebenarnya terjadi di Indonesia. Pemerintah sibuk dengan
masalah-masalah yang berbau ajudikasi, atau bahkan permasalahan yang menyangkut
pribadi orang bukan masalah yang menyangkut banyak orang. Sebagai warga
masyarakat Indonesia setidaknya harus tau diri mengenai hal-hal atau tindakan
yang berubah dalam pola hidup kita.
Salah
satu hal yang juga merusak moral yaitu dunia maya. Dengan mudahnya seseorang
menggunakan akses internet di Indonesia tanpa diadakan filtrasi. Banyak sekali
informasi yang penting dan bersifat positif di dalam dunia internet tersebut.
Namun juga tidak terlepas dari dampak negatifnya.
Dapat disimpulkan mahkota kecantikan seseoran menjadi sebuah
ajang kontes. Mereka saling
bersaing menjadi yang tercantik. Mungkin sudah menjadi tanda-tanda akan
datangnya hari kiamat. Dimana sudah dikatakan dalam ajaran agama islam dimana
tanda-tanda hari kiamat adalah jumlah perempuan dan laki-laki berbanding 50
banding 1. Oleh sebab itu hal ini bisa diumpamakan sebuah kompetisi.
Budaya manusia bersifat dinamik,
berubah dari waktu ke waktu. Perubahan budaya umumnya berjalan secara bertahap memakan waktu relatif
panjang karena terkait masalah keyakinan, kebiasaan, serta menyangkut banyak
orang. Walaupun demikian
budaya
manusia tetap bisa berubah yang perubahannya itu umumnya disebabkan oleh perkembangan suatu budaya daerah
di setiap negara di dunia. Sehingga akan terjadi percampuran dua budaya atau
lebih.
Sebenarnya dibalik rasa malu yang besar yang
ditanamkan Allah SWT didalam jiwa
seorang perempuan atau laki-laki sebenarnya tersimpan kebaikan yang luar biasa.
Rasa malu yang ditanamkan kepada kaum perempuan akan membuat perempuan tersebut
berusaha menjaga kehormatanya pada saat hawa nafsunya melonjak.
Itulah wanita muslim yang mengerti
bagaimana menjaga kehormatannya dengan rasa malu. Malu kepada Allah yang telah
membuat suatu tempat perlindungan terbaik bagi kaum wanita di bawah
kepemimpinan suaminya. Juga malu kepada manusia yang telah menghargainya
sebagai wanita baik-baik yang menjaga kepercayaan suaminya.
Mengkhianati suami tidak saja
berarti pengkhianatan terhadap kepemimpinan suami namun berarti juga
menghancurkan martabatnya sebagai wanita yang patut dihormati karena
kesetiaannya menjaga kehormatan dirinya sendiri dan kehormatan suaminya.
Sungguh dosa yang sangat bagi kaum perempuan yang melakukanya.
“Jika kamu tidak merasa malu,maka
kerjakanlah apa yang kamu kehendaki.” Rasa malu yang ada pada seorang wanita
akan menghalanginya untuk berbuat keji atau melakukan perbuatan tercela karena
wanita menyadari akibat dari mencampakkan rasa malunya dari hatinya. Rasa malu
yang besar dalam hati wanita juga merupakan indikasi bahwa wanita tersebut
sebagai wanita beriman. Sebab besarnya rasa malu wanita sebanding dengan
besarnya iman yang ada dalam hatinya.
“Perasaan malu termasuk sebagian
dari iman. Imannya akan mendorong seseorang berbuat baik.” Bagi wanita yang
sudah bersuami, kehidupan yang di jala ninya adalah pertarungan apakah dia
mampu menjaga amanah keluarga untuk menjaga kehormatan dirinya sendiri sebagai
wanita yang patut dihormati harga dirinya sendiri dengan berusaha
sungguh-sungguh menjaga kehormatan suaminya saat ada di rumah ataukah saat
suaminya tidak ada di rumah.
Berpikir balik dari kalimat diatas,
sebagai penerus bangsa Indonesia kita harus mulai melakukan perbaikan pola
budaya bangsa. Mulai dari hal-hal yang sederhana sampai pada hal yang kompleks.
Mulai tanamkan perasaan cinta terhadap budaya sendiri, maka akan mudah dalam
melakukan usaha dalam perbaikan budaya.
Mengingat bahwa
dalam upaya membawa bangsa
ini menjadi bangsa yang berbudaya luhur akan menghadapi tantangan yang berat
oleh adanya tarikan ke arah sebaliknya dari musuh-musuh bangsa maka perlu
dicanangkan gerakan nasional peduli budaya luhur bangsa oleh pemerintah. Pendukung budaya luhur bangsa harus kokoh dalam
segala hal, kokoh dalam berprinsip, konsisten dengan perjuangannya, membentuk
barisan dari seluruh komponen sosial, melakukan konsolidasi, dan terus
mengembangkan strategi baru agar secepatnya bangsa ini berbudaya luhur.
No comments:
Post a Comment