Blog ini mengandung konten teknologi informasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran mengenai komputer.

Tuesday, July 30, 2013

ESAI JURNALISTIK

PUDARNYA RASA MALU KAUM HAWA

by. Alim Mursyidin

Semakin berumurnya negeri ini semakin banyak perkembangan dan perubahan dibanyak sektor, utamanya dibidang teknologi. Semakin bebasnya komunikasi tak bisa lagi disangkal. Bahkan budaya modernisme dari luar yang merusak moral sangatlah sulit dihindari. Mengapa hal ini sulit diatasi? Pendidikan yang kurang dan tidak tegasnya hukum yang berlaku merupakan faktor utamanya. Sesuai dengan fungsinya sebagai penyaring informasi hal tersebut seharusnya lebih dipertegas sehingga memungkinkan kerusakan di negeri ini bisa dihindarkan atau bahkan diatasi. Seperti puisi yang berjudul  “NUANSA BUDAYA INDONESIA” di bawah ini.
 “… … …
Bangsa ini kaya akan budaya
penuh dengan symphoni yang indah
mengapa tidak kita lestarikan ?
mengapa tidak kita pertahankan ?
Ini bangsa kita..
ini negri kita..
ini kebudayaan kita..
kita hidup, kita dewasa dalam negeri tercinta ini
Kini saatnya untuk kita saling bersatu
saling melestarikan budaya
saling menjaga apa yang akan kita lestarikan
dan mempertahankan nuansa budaya
Indonesia.
(Oleh Destriani Hamidah)
Bagi Destriani Hamidah, budaya Indonesia adalah suatu kekayaan negeri yang harus dilestarikan. Dia beranggapan bahwa kita semua sudah mulai lupa tentang keberadaan hal tersebut. Seharusnya kita malu karena meniru budaya negeri lain, jangan malah malu dengan budaya negeri sendiri. Mungkin tak sedikit orang beranggapan bahwa budaya negeri lain lebih keren, gaul, dan menarik. Namu apabila budaya tersebut jauh bertolak belakang dengan budaya kita, seharusnya kita mengambil tindakan untuk tidak meniru budaya lain.
Sebenarnya tidak ada buruknya mempelajari budaya lain, namun kita harus sanggup dan mau untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat negatif. Di Indonesia sendiri masyarakatnya lebih dominan suka terhadap hal-hal yang negatif tersebut daripada yang lebih baik. Misalnya gaya berpakaian ala orang barat yang sekarang lagi naik daun di kalangan remaja khususnya kaum perempuan. Memang bagi kaum laki-laki hal ini memiliki nilai plus bagaiman memandang perempuan, karena mengenakan busana yang bisa dikatakan kurang bahan sehingga memperlihatkan hal-hal yang menarik lawan jenis dari tubuhnya.
            Sebagai warga Indonesia kita harus sadar bahwa bangsa ini mengalami penurunan moral yang berkala di setiap tahunya. Bahkan perangkat pengurus pemerintahan tidak lepas dari tindakan kenakalan. Bagi anak-anak kenakalan itu wajar, namun bagaimana jika kenakalan itu dilakukan orang dewasa, terutama pejabat. Memang hanya sebagian kecil yang melakukanya, namun hal ini justru membuat masyarakat semakin tidak percaya dan menganggap pemerintahan itu tidak ada kebenaranya.
            Namun, tak jarang pula kita sadari bahwa masyarakat kita ini juga mengalami kemrosotan moral. Misalnya kesopanan anak terhadap orang tua seolah-olah hilang, cara berpakaian yang tidak etis, dan banyak lainnya. Hal ini adalah akibat dari modernisasi yang artinya pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.
            Saya akan membahas tentang cara berpakaian yang tidak etis. Dimana kita tahu bahwa hal ini berhubungan dengan kehidupan perempuan. Memang tidak semuanya seperti itu, namun lebih banyak jumlahya yang berpakaian tidak selayaknya. Banyak sekali faktor yang mendorong hal tersebut. Keadaan lingkungan fisik yang mempengaruhi kita karena teman pergaulan yang salah. Entah mengapa mereka tidak malu dengan penampilan mereka ala kebarat-baratan.
 Sebagai umat beragama seharusnya kita percaya akan anugrah perasaan malu yang diberikan Allah Subhaanahu Wata'ala. Dalam ajaran islam disebutkan bahwa kaum perempuan diberikan rasa malu yang lebih dari kaum laki-laki. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seharusnya perempuan itu harusnya pandai dalam mengurusi penampilannya. Jangan malah menampilkan auratnya di depan khalayak umum.
Bisa saja hal ini terjadi karena persaingan. Karena jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki maka kesempatan seorang perempuan mendapat seorang laki-laki menjadi lebih sulit. Memang dalam islam dikatakan bahwa manusia diciptakan berpasangan, tetapi mengapa mereka malah berkompetisi merebut pasangan. Hal ini karena pendidikan agama yang kurang. Pada tingkatan pendidika SD, SMP,dan SMA kita hanya mendapat pendidikan agama selama 2 x 45 menit atau sekitar 90 menit selama satu minggu. Tentu  saja ada salah satu dari mereka karakternya tidak benar, terutama dalam aspek akidah.
Namun ironisnya, di zaman ini, banyak wanita yang justru merasa malu mempunyai sifat malu dan berusaha mencampakkan jauh-jauh sifat mulia yang terpuji itu. Sehingga, terlalu banyak kita jumpai kaum wanita yang lebih tidak tahu malu dari pada laki-laki. Mempunyai sifat malu bukan berarti menjadikan kita rendah diri, minder, atau tidak pede. Apalagi gara-gara ketidakpedean itu kita jadi kurung dalam melakukan hal kebaikan. Jika hal itu terjadi pada diri kita, cobalah kita berintrospeksi, apakah sebenarnya malu yang kita rasakan itu karena Allah Subhaanahu Wata'ala atau karena manusia?
Misalnya saja kita malu memakai jilbab yang syar’i, malu menunjukkan jati diri sebagai seorang pria Muslim atau malu pergi ke majelis taklim. Apakah malu yang demikian ini karena Allah Subhaanahu Wata'ala atau hanya rasa malu, ketakutan dan kecemasan kita kepada selain-Nya? Padahal, malu kepada Allahlah yang seharusnya kita utamakan. Bukankah Allah-lah yang paling berhak untuk kita malu kepada-Nya?
Namun, kenapa malah orang yang mobilitasnya tinggi yang malah melakukan tindakan demoralisasi tersebut. Contohnya para artis misalnya, mereka bahkan tak tanggung-tanggung untuk berbusana mengikuti zaman sekarang ini yang jauh dibawah kesopanan. Mungkin hal ini bias jadi tuntutan produser mereka yang menghendaki harus berpakaian sesuai dengan ketentuan. Anehnya lagi para artis memakai busana tersebut malah di luar jam kerja mereka atau disaat waktu luang mereka. Misalnya saat berjalan-jalan, rekreasi, dan kegiatan umum lainya. Memang tidak semua artis seperti itu, namun dampaknya masyarakat akan meniru gaya mereka, terlebih lagi mereka kerap terlihat di televisi yang mana dapat dilihat oleh berjuta pasang mata di Indonesia.
Hal ini menunjukan bahwa seolah-olah pemerintah tidak memperhatikan mengenai masalah yang sebenarnya terjadi di Indonesia. Pemerintah sibuk dengan masalah-masalah yang berbau ajudikasi, atau bahkan permasalahan yang menyangkut pribadi orang bukan masalah yang menyangkut banyak orang. Sebagai warga masyarakat Indonesia setidaknya harus tau diri mengenai hal-hal atau tindakan yang berubah dalam pola hidup kita.
Salah satu hal yang juga merusak moral yaitu dunia maya. Dengan mudahnya seseorang menggunakan akses internet di Indonesia tanpa diadakan filtrasi. Banyak sekali informasi yang penting dan bersifat positif di dalam dunia internet tersebut. Namun juga tidak terlepas dari dampak negatifnya.
Dapat disimpulkan mahkota kecantikan seseoran menjadi sebuah ajang kontes. Mereka saling bersaing menjadi yang tercantik. Mungkin sudah menjadi tanda-tanda akan datangnya hari kiamat. Dimana sudah dikatakan dalam ajaran agama islam dimana tanda-tanda hari kiamat adalah jumlah perempuan dan laki-laki berbanding 50 banding 1. Oleh sebab itu hal ini bisa diumpamakan sebuah kompetisi.
Budaya manusia bersifat dinamik, berubah dari waktu ke waktu. Perubahan budaya umumnya berjalan secara bertahap memakan waktu relatif panjang karena terkait masalah keyakinan, kebiasaan, serta menyangkut banyak orang. Walaupun demikian budaya manusia tetap bisa berubah yang perubahannya itu umumnya disebabkan oleh perkembangan suatu budaya daerah di setiap negara di dunia. Sehingga akan terjadi percampuran dua budaya atau lebih.
Sebenarnya dibalik rasa malu yang besar yang ditanamkan Allah SWT didalam jiwa seorang perempuan atau laki-laki sebenarnya tersimpan kebaikan yang luar biasa. Rasa malu yang ditanamkan kepada kaum perempuan akan membuat perempuan tersebut berusaha menjaga kehormatanya pada saat hawa nafsunya melonjak.
Itulah wanita muslim yang mengerti bagaimana menjaga kehormatannya dengan rasa malu. Malu kepada Allah yang telah membuat suatu tempat perlindungan terbaik bagi kaum wanita di bawah kepemimpinan suaminya. Juga malu kepada manusia yang telah menghargainya sebagai wanita baik-baik yang menjaga kepercayaan suaminya.
Mengkhianati suami tidak saja berarti pengkhianatan terhadap kepemimpinan suami namun berarti juga menghancurkan martabatnya sebagai wanita yang patut dihormati karena kesetiaannya menjaga kehormatan dirinya sendiri dan kehormatan suaminya. Sungguh dosa yang sangat bagi kaum perempuan yang melakukanya.
“Jika kamu tidak merasa malu,maka kerjakanlah apa yang kamu kehendaki.” Rasa malu yang ada pada seorang wanita akan menghalanginya untuk berbuat keji atau melakukan perbuatan tercela karena wanita menyadari akibat dari mencampakkan rasa malunya dari hatinya. Rasa malu yang besar dalam hati wanita juga merupakan indikasi bahwa wanita tersebut sebagai wanita beriman. Sebab besarnya rasa malu wanita sebanding dengan besarnya iman yang ada dalam hatinya.
“Perasaan malu termasuk sebagian dari iman. Imannya akan mendorong seseorang berbuat baik.” Bagi wanita yang sudah bersuami, kehidupan yang di jala ninya adalah pertarungan apakah dia mampu menjaga amanah keluarga untuk menjaga kehormatan dirinya sendiri sebagai wanita yang patut dihormati harga dirinya sendiri dengan berusaha sungguh-sungguh menjaga kehormatan suaminya saat ada di rumah ataukah saat suaminya tidak ada di rumah.
Berpikir balik dari kalimat diatas, sebagai penerus bangsa Indonesia kita harus mulai melakukan perbaikan pola budaya bangsa. Mulai dari hal-hal yang sederhana sampai pada hal yang kompleks. Mulai tanamkan perasaan cinta terhadap budaya sendiri, maka akan mudah dalam melakukan usaha dalam perbaikan budaya.
Mengingat bahwa dalam upaya membawa bangsa ini menjadi bangsa yang berbudaya luhur akan menghadapi tantangan yang berat oleh adanya tarikan ke arah sebaliknya dari musuh-musuh bangsa maka perlu dicanangkan gerakan nasional peduli budaya luhur bangsa oleh pemerintah.  Pendukung budaya luhur bangsa harus kokoh dalam segala hal, kokoh dalam berprinsip, konsisten dengan perjuangannya, membentuk barisan dari seluruh komponen sosial, melakukan konsolidasi, dan terus mengembangkan strategi baru agar secepatnya bangsa ini berbudaya luhur.

No comments: